1. Scaphism
Metode yang pertama ini akan membuat si terdakwa mati secara perlahan. Berasal dari Persia Kuno (500 SM), orang-orang yang bersalah akan ditelanjangi dan diikat ke batang kayu. Mereka lalu dibiarkan mengapung di danau atau sungai. Orang-orang itu kemudian dipaksa untuk minum susu dan madu hingga mengalami diare yang parah. Tak cukup sampai di situ, tubuh mereka pun dilumuri oleh madu untuk menarik serangga. Selagi tubuhnya digigiti, mereka pun tidak bisa melakukan apa-apa. Pada umumnya, orang yang mendapatkan hukuman scaphism ini akan mati karena kombinasi dari gangren (infeksi jaringan tubuh yang parah), sengatan matahari, dan infeksi karena kotoran dan muntahannya sendiri. Proses tersebut kira-kira memakan waktu 17 hari.
2. Direbus hidup-hidup
Hukuman mati berikutnya berasal dari Era Pertengahan. Pada saat itu, masyarakat di berbagai negara sering kali merebus hidup-hidup orang yang bersalah. Kejahatan yang dilakukan pun bermacam-macam. Mulai dari pembunuhan, pemerkosaan, hingga pemalsuan uang.
Merebus manusia secara hidup-hidup adalah bonus new member 100 hukuman yang sangat menyiksa. Pasalnya kematian tidak akan datang secara instan, melainkan perlahan-lahan. Hal pertama yang dirasakan pastinya syok, kemudian diikuti dengan terbakarnya kulit lapis demi lapis, hingga hancurnya jaringan lemak. Cairan yang digunakan untuk eksekusi pun bermacam-macam. Mulai dari air biasa, larutan lilin, wine, hingga timah cair. Untungnya, metode ini terakhir diterapkan oleh Uzbekistan pada tahun 2002.
3. Mazzatello
Mazzatello adalah metode eksekusi mati yang diterapkan oleh Papal States, sebuah wilayah yang berada di Italia. Masyarakat biasa menghukum mati para pendosa gereja menggunakan palu kayu yang besar. Palu tersebut akan diayunkan sekali ke arah kepala terdakwa. Karena tidak bisa menghilangkan nyawa, para pelaku eksekusi kemudian menggorok leher korban. Hukuman ini memang bertujuan untuk menyiksa dan memberikan pelajaran ke orang lain agar tidak melakukan dosa.
4. The blood eagle
The blood eagle adalah metode eksekusi yang biasa diterapkan oleh prajurit Norse Kuno (Jerman Utara) Hukuman yang satu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan elang. Lalu kenapa dinamakan the blood eagle? Tubuh si terdakwa akan diubah hingga mirip seperti elang. Bagaimana caranya? Dilansir dari All That’s Interesting, punggung mereka akan dibuka, kemudian tulang rusuknya dipatahkan hingga mencuat https://www.internationalcollegeoptions.org/ keluar seperti sayap. Dari situ, para eksekutor akan melumuri paru-paru dengan garam. Kematian yang satu ini membutuhkan waktu beberapa hari. Penyebab kematian korban biasanya karena kekurangan darah, oksigen, dan rasa sakit yang luar biasa.
5. Catherine wheel
Catherine wheel atau yang dikenal pula sebagai breaking wheel adalah cara eksekusi mati yang biasa digunakan di Jerman pada Era Pertengahan. Para terdakwa akan diikat ke sebuah roda besar dan ditempatkan di pusat keramaian. Roda tersebut kemudian diputar tanpa henti. Selagi berputar, algojo akan memukul tubuh terdakwa dengan keras berkali-kali. Lebih parahnya lagi, proses tersebut ditonton oleh semua orang, termasuk anak kecil.